Karakteristik Penyesuaian Diri Peserta Didik
Oleh: Andi Agus Purnama Putra
Follow me @_andiagus
Pengertian
Dari beberapa ahli mengatakan bahwa
penyesuaian diri seorang individu sebagai berikut:
Menurut
Kartono (2000), penyesuaian diri adalah “usaha manusia untuk mencapai harmoni
pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga permusuhan, kemarahan,
depresi, dan emosi negatif lain sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan
kurang efisien bisa dikikis”.
Hariyadi,
dkk (2003) menyatakan penyesuaian diri “adalah kemampuan mengubah diri sesuai
dengan keadaan lingkungan atau dapat pula mengubah lingkungan sesuai dengan
keadaan atau keinginan diri sendiri”.
Ali dan
Asrori (2005) juga menyatakan bahwa penyesuaian diri dapat didefinisikan
sebagai suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan perilaku yang
diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan
internal, ketegangan, frustasi, konflik, serta untuk menghasilkan kualitas
keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar
atau lingkungan tempat individu berada.
Menurut
Scheneiders (dalam Yusuf, 2004), juga menjelaskan penyesuaian diri sebagai
suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan individu dalam
upaya untuk memenuhi kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustasi dan konflik
secara sukses serta menghasilkan hubungan yang harmonis antara kebutuhan
dirinya dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup.
Hurlock
(dalam Gunarsa, 2003) memberikan perumusan tentang penyesuaian diri secara
lebih umum, yaitu bilamana seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap orang
lain secara umum ataupun terhadap kelompoknya, dan ia memperlihatkan sikap
serta tingkah laku yang menyenangkan berarti ia diterima oleh kelompok atau lingkungannya.
Dengan perkataan lain, orang itu mampu menyesuaikan sendiri dengan baik
terhadap lingkungannya
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa
penyesuaian diri adalah proses mengubah diri sesuai dengan norma atau tuntutan
lingkungan dimana dia hidup agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan
internal, ketegangan, frustasi dan konflik sehingga tercapainya keharmonisan
pada diri sendiri serta lingkungannya yang akhirnya dapat diterima oleh
kelompok dan lingkungannya.
Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Menurut
Fatimah (2006) penyesuaian diri memiliki dua aspek, yaitu sebagai berikut:
·
Penyesuaian pribadi
Penyesuaian
pribadi adalah kemampuan seseorang untuk menerima diri demi tercapai hubungan
yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyatakan
sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dalam
mampu bertindak objektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Pada aspek
ini, keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai oleh:
-
Tidak
adanya rasa benci,
-
Tidak
ada keinginan untuk lari dari kenyataan atau tidak percaya pada potensi
dirinya.
Sebaliknya, kegagalan penyesuaian pribadi
ditandai oleh:
-
Kegoncangan
emosi
-
Kecemasan
-
Ketidakpuasan
dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya sebagai akibat adanya jarak pemisah
anatara kemampuan individu dan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungannya.
·
Penyesuaian sosial
Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial di tempat
individu itu hidup dan berinterakasi dengan orang lain. Hubungan-hubungan
sosial tersebut mencakup hungan dengan anggota keluarga, masyarakat, sekolah,
teman sebaya, atau anggota masyarakat luas secara umum. Proses yang harus
dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi nilai
dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Setiap kelompok masyarakat atau
suku bangsa memiliki sistem nilai dan norma sosial yang berbeda-beda. Dalam
proses penyesuaian sosial individu berkenalan dengan nilai dan norma sosial
yang berbeda-beda lalu berusaha untuk mematuhinya, sehingga menjadi bagian dan
membentuk kepribadiannya.
Karakteristik
Penyesuaian Diri
Menurut Hariyadi dkk. (2003) terdapat
beberapa karakteristik penyesuaian diri yang positif, diantaranya:
1. Kemampuan menerima dan memahami diri
sebagaimana adanya. Karakteristik ini mengandung pengertian bahwa orang yang
mempunyai penyesuaian diri yang positif adalah orang yang sanggup menerima
kelemahan-kelemahan, kekurangan-kekurangan di samping kelebihan-kelebihannya.
Individu tersebut mampu menghayati kepuasan terhadap keadaan dirinya sendiri,
dan membenci apalagi merusak keadaan dirinya betapapun kurang memuaskan menurut
penilaiannya. Hal ini bukan berarti bersikap pasif menerima keadaan yang
demikian, melainkan ada usaha aktif disertai kesanggupan mengembangkan segenap
bakat, potensi, serta kemampuannya secara maksimal.
2. Kemampuan menerima dan menilai kenyataan
lingkungan di luar dirinya secara objektif, sesuai dengan perkembangan rasional
dan perasaan. Orang yang memiliki penyesuaian diri positif memiliki ketajaman
dalam memandang realita, dan mampu memperlakukan realitas atau kenyataan secara
wajar untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Ia dalam berperilaku selalu
bersikap mau belajar dari orang lain, sehingga secara terbuka pula ia mau
menerima feedback dari orang lain.
3. Kemampuan bertindak sesuai dengan potensi,
kemampuan yang ada pada dirinya dan kenyataan objektif di luar dirinya.
Karakteristik ini ditandai oleh kecenderungan seseorang untuk tidak
menyia-nyiakan kekuatan yang ada pada dirinya dan akan melakukan hal-hal yang
jauh di luar jangkauan kemampuannya. Hal ini terjadi perimbangan yang rasional
antara energi yang dikeluarkan dengan hasil yang diperolehnya, sehingga timbul
kepercayaan terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
4. Memiliki perasaan yang aman dan memadai
Individu yang tidak lagi dihantui oleh rasa cemas ataupun ketakutan dalam
hidupnya serta tidak mudah dikecewakan oleh keadaan sekitarnya. Perasaan aman
mengandung arti pula bahwa orang tersebut mempunyai harga diri yang mantap,
tidak lagi merasa terancam dirinya oleh lingkungan dimana ia berada, dapat
menaruh kepercayaan terhadap lingkungan dan dapat menerima kenyataan terhadap
keterbatasan maupun kekurangan-kekurangan dan lingkungan-nya.
Kegagalan dalam
melakukan penyesuaian diri secara positif, dapat mengakibatkan individu
melakukan penyesuaian yang salah, yang ditandai dengan berbagai bentuk tingkah
laku yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang tidak realistik,
agresif, dan sebagainya.
Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang
salah, yaitu (Sunarto & Hartono, 2006):
- Reaksi
Bertahan (Defence reaction), yaitu individu berusaha untuk memperthankan
dirinya, seolah-olah tidak mengahadapi kegagalan dan selalu berusaha untuk
menunjukkan dirinya tidak mengalami kegagalan dengan melakukan
rasionalisasi, represi, proyeksi, dan sebagainya.
- Reaksi
menyerang (Aggressive Reaction), yaitu menyerang untuk menutupi kesalahan
dan tidak mau menyadari kegagalan, yang tampak dalam perilaku selalu
membenarkan diri sendiri, mau berkuasa dalam setiap situasi, kera kepala
dalam perbuatan, menggertak baik dengan ucapan dan perbuatan, menunjukkan
sikap permusuhan secra terbuka, dan sebagainya.
- Reaksi
Melarikan Diri, yaitu melarikan diri dari situasi yang menimbulkan
kegagalannya, yang tampak dalam perilaku berfantasi, banyak tidur,
minum-minuman keras, bunuh diri, regresi, dan sebagainya.
Adapun penyesuaian diri
yang tidak sehat menurut Hurlock (dalam Yusuf : 2000) ditandai dengan:
1) Mudah marah
2) Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
3) Sering merasa tertekan
4) Ketidakmampuan menghindari perilaku
menyimpang
5) Mempunyai kebiasaan berbohong
6) Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
7) Senang mencemooh orang lain
8) Kurang memiliki rasa tanggung jawab
9) Kurang memiliki kesadaran untuk mematuhi
ajaran agama
10) Bersikap
pesimis dalam meghadapi kehidupan