Andi
Agus Purnama Putra @_andiagus
Pada seorang individu
yang dilahirkan baik dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak
mampu menyesuaikan diri hal ini karena Kondisi fisik, mental dan emosional yang
dipengarungi oleh faktor- faktor lingkungan dimana kemungkinan akan
berkembang proses penyesuaian diri yang baik atau yang salah.
1. Pengertian penyesuaian diri
Penyesuaian berarti
adaptasi, dapat mempertahankan eksistensinya (survive) dan memperoleh
kesejahteraan rohaniah, serta dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan
tuntutan sosial. Penyesuaian diri juga dapat diartikan bagai konvormitas, yang
menyesuaikan sesuatu dengan standart atau prinsip. Definisi lain mengenai
penyesuaian diri yaitu, kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi
respon- respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik,
kesulitan, dan frustasi- frustasi secara efisien individu memiliki kemampuan
untuk menghadapi realitas hidup dengan cara yang memenuhi syarat. Penyesuaian
diri juga dapat diartikan sebagai suatu penguasaan dan kematangan
emosional. Kematangan emosional maksudnya ialah secara positif memiliki
respon emosional yang tepat pada setiap situasi. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa Penyesuaian diri adalah suatu proses dan salah satu ciri
pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya ialah memiliki kemampuan untuk
mengadakan penyesuain diri secara harmonis, baik kepada diri sendiri mapun
terhadap lingkungannya.
2. Proses Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri adalah
proses bagaimana seorang individu mendapat keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungannya. Penyesuaian diri lebih bersifat suatu
proses sepanjang hayat manusia, terus- menerus berupaya menemukan dan mengatasi
dan tantangan hidup guna mencapai pribadi sehat. Dalam proses penyesuaian diri
pada seorang individu sering kali muncul konflik, takanan, frustasi, yang
menyebabkan individu termotivasi melakukan berbagai kemungkina perilaku untuk
membebaskan dirinya dari kegagalan. Contoh : Serang anak yang membutuhkan rasa
kasih sayang dari ibuknya yang terlalu sibuk dengan tugasnya. Anak akan
prustasi dan berusa sendiri menemukan pemecahan untuk mereduksi
ketegangan atau kebutuhan yang belum terpenuhi. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa motivasi mengambil variasi bentuk, dimana setiap bentuk
dpat diarahkan kepada rintangan atau faktor frustasi yang disebabkan oleh
beberapa realita misalnya: pembatasan orang tua, hambatan fisik, aturan sosial,
dan semacamnya.
Seseorang dikatakan
berhasil dikatakan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat
memenuhi kebutuhannnya dengan cara-cara yang wajar yang dapat diterima
lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu lingkungannya.
3. Konsep Penyesuaian Diri
Makna akhir dari hasil
pendidikan seseorang individu terletak pada sejauhmana hal yang telah
dipelajari dpat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan
hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Sejak lahir sampai meninggal seorang
individu merupakan organisme yang aktif dengan tujuan aktivitas yang
berkesinambungan. Ia berusaha untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya
dan juga semua dorongan yang memberi peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai
anggota kelompoknya, penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri
sendiri maupun terhadap lingkungannya.
4. Karakteristik penyesuaian diri
Karakteristik penyesuaian diri tidak
selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena ada banyak
rintangan dalam proses penyesuaian diri. Berikut ini akan ditinjau
karakteristik penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian diri yang salah.
a.
Penyesuaian diri secara positif (benar)
Mereka yang tergolong
mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai dengan hal- hal
berikut:
-
Tidak menunjukkan adanya ketengan
emosional
-
Tidak menunjukkan adanya mekanisme
psikologis
-
Tidak menunjukkan frustasi pribadi
-
Memiliki pertimbangan rasional dan
pengarahan diri.
-
Mampu dalam belajar
-
Menghargai pengalaman
-
Bersikap realistik dan objektif
Dalam melakukan
penyesuaian diri secara positif individu akan melakukannya dalam berbagai
bentuk antara lain:
Penyesuaian diri dalam
menghadapi masalah secara langsung , misalnya : seorang remaja yang hamil
sebelum menikah akan menghadapinya secara langsung dan berusahan mengemukakan
segala alas an pada orangtuanya.
Penyesuaian diri dengan
melakukan eksplorasi atau penjelajahan , misalnya : seorang siswa yang merasa
kurang mampu dalam mengerjakan tugas membuat makalah akan mencari bahan dalam
upaya menyelesaikan tugas tersebut , dengan membaca buku , konsultasi , diskusi
, dsb. Penyesuaian diri dengan trial
dan error , misalnya seorang
pengusaha mengadakan spekulasi untuk meningkatkan usahanya .
Penyesuaian dengan
substitusi atau mencari pengganti , misalnya : gagal berpacaran secara fisik ,
ia akan berfantasi tentang seorang gadis idamanya .
Penyesuaian diri dengan belajar ,
misalnya : seorang guru akan berusaha belajar tentang berbagai ilmu pengetahuan
untuk meningkatkan kemampuan profesionalismenya .
Penyeseuaian diri dengan pengendalian
diri , misalnya : seorang siswa akan berusaha memilih tindakan mana yang harus
dilakukan pada ujian .
b.
Penyesuaian diri yang Negatif (Salah)
Kegagalan dalam
melakukan penyesuaian diri secara positif, dapat mengakibatkan individu
melakukan penyesuaian diri yang salah. Penyesuaian diri yang salah ditandai
dengan berbagai bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional
, tidak ralistis, agresif dan lain- lain. Ada tiga bentuk reaksi yang salah
dalam penyesuaian diri yang salah yaitu: reaksi bertahan, reaksi menyerang dan
reaksi melarikan diri.
1.
Reaksi
bertahan
Individu berusaha
mempertahankan diri, seolah- seolah tidak menghadapi kegagalan. Ia selalu
berusaha menunjukkan bahwa dirinya tidak mengalami kegagalan. Bentuk khusus
dari reaksi ini adalah:
-
Rasionalisasi, yaitu bertahan dengan
mencari- cari alasan untuk membenarkan tindakanya
-
Represi, yaitu berusaha untuk menekan
pengalamannya yang dirasakan kurang enak kea lam tidak sadar. Ia berusaha
melupakan pengalamannya yang kurang menyenangkan. Misalnya seorang pemuda
berusaha melupakan kegagalan cintanya dengan seorang gadis
-
Proyeksi, yaitu melemparkan sebab
kegagalan dirinya kepada pihak lain untuk mencari alasan yang dapat diterima.
Misalnya seorang siswa yang tidak lulus mengatakan bahwa gurunya membenci
dirinya.
-
“Sourgrapes”(anggur kecut),yaitu dengan
memutar balikkan keadaan. Misalnya seorang siswa yang gagal mengetik
mengatakan bahwa mesin tiknya rusak, padahal dia sendiri tidak bisa
mengetik.
2.
Reaksi
menyerang
Orang yang mempunyai
penyesuaian diri yang salah menunjukkan tingkah laku menyerang untuk menutupi
kegagalanya. Ia tidak mau menyadari kegagalanya. Reaksi- reaksinya Nampak dalam
tingkah laku: selalu membenarkan diri nya sendiri, mau berkuasa dalam setiap
situasi, senang mengganggu orang lain, marah secara sadis, suka membalas dendam
dan sebagainya.
3.
Reaksi
melarikan diri
Dalam reaksi ini
seseorang akan melakukan hal- hal seperti berikut: berfantasi yaitu memuaskan
keigininan yang tidak tercapai dalam bentuk angan- angan, banyak tidur,
minum- minuman keras, bunuh diri, menjadi pecandu narkotika, dan regresi yaitu
kembali kepada tingkah laku yang semodel dengan tingkat perkembangan yang lebih
awal (misalnya orang dewasa yang bersikap dan berwatak seperti anak kecil, dan
lain- lain).
4.
Faktor
– faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri
Proses penyesuaian diri
identik dengan faktor- faktor yang mengatur perkembangan dan terbentknya
pribadi secara bertahap. Penentu- penentu itu dapat dikelompokkan sebagai
berikut: kondisi- kondisi fisik (keturunan), susunan saraf, kesehatan, dan
sebagainya, perkembangan dan kematangan ( kematangan intelektual sosial dan
emosional), penentu psikologis (termasuk didalamnya pengalaman, penentuan diri,
frustasi dan konflik), kondisi lingkungan (keluarga dan sekolah), penentu
cultural (budaya dan agama).
Kondisi
Jasmaniah
Struktur jasmaniah merupakan kondisi
primer bagi tingkah laku manusia sehingga dapat diperkirakan bahwa sistem
saraf, kelenjar dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian
diri. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ganggauan dalalm saraf, dan
otot dapat menimbulkan gangguan mental tingkah laku dan kepribadian. Dengan
demikin, kondisi sistem yang baik merupakan syarat bagi terjadinya proses
penyesuaian diri yang baik. Kualitas penyesuaian diri yang baik hanya diperoleh
dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula.
Perkembangan,
Kematangan dan Penyesuaian Diri
Dalam proses
perkembangan, respon anak berkembang dari proses instingtif menjadi respon yang
diperoleh melalui belajar dan pengalaman. Dengan bertambahnya usia
perubahan dan perkembangan respon, tidak hanya melalui proses belajar saja
melainkan anak juga menjadi matang untuk melakukan respon dan menentukan pola
penyesuaian dirinya. Sesuai dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang
dicapai berbeda antar individu yang satu dengan yang lainya, sehingga
penyampaian pola penyesuaian diri juga berbeda secara individual yang
dipengaruhi oleh beberapa kondisi seperti: emosional, sosial, moral, keagamaan,
intelek.
Penentu Psikologis Terhadap
Penyesuaian Diri
Beberapa faktor
psikologis yang mempengaruhi penyesuaian diri diantaranya adalah:
-
Pengalaman
Tidak
semua pengalaman berpengaruh terhadap pola penyesuaian diri. Pengalaman yang
memiliki dalam penyesuaian diri adalah pengalaman yang menyenangkan dan
pengalaman yang traumatik ( menyusahkan). Pengalaman yang menyenangkan
cenderung bisa menimbulkan proses penyesuaian diri yang baik, sedangkan pengalaman
traumatik menimbulkan penyesuaian diri yang kurang baik. Selain kedua
pengalaman tersebut tidak memiliki pengaruh terhadap proses penyesuaian diri.
-
Proses
belajar merupakan suatu yang menjadi dasar dalam
penyesuaian diri, karena melalui belajar maka pola- pola respons akan
berkembang dan membentuk kepribadian dalam proses penyesuaian diri, belajar
merupakan salah satu proses modifikasi tingkah laku sejak fase- fase awal dan
berlangsung terus- menerus sepanjang hayat dan diperkuat dengan kematangan.
-
Determinasi
Diri
adalah peran seseorang untuk menentukan dirinya dalam proses penyesuaian diri,
terdapat faktor kekuatan yang mendorong untuk mencapai sesuatu yang baik atau
buruk, untuk mencapai taraf penyesuaian diri yang tinggi atau merusak diri.
Lingkungan
Sebagai Penentu Penyesuaian Diri
Berbagai lingkungan
anak seperti keluarga dan pola hubungan di dalamnya, sekolah, masyarakat,
kultur, dan agama berpengaruh dalam penyesuaian diri. Pola hubungan antar orang
tua dengan anak akan mempunyai pengaruh terhadap proses penyesuaian diri,
seperti hubungan dimana orang tua menerima anaknya secara hangat sehingga anak
merasa nyaman, atau dalam bentuk proses pendisiplinan yang berpengaruh terhadap
pola pengaturan waktu bagi anak.
Kultur dan Agama Sebagai Penentu
Penyesuaian Diri
Lingkungan kultural
dimana individu berada dan berinteraksi akan menentukan pola penyasuaian
dirinya. Dimana seorang individu akan berusaha menempatkan dirinya dan bergaul
dengan masyarakat sekitarnya. Agama memberikan suasana psikologis tertentu
dalam mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan lainya. Agama juga
memberikan suasana damai dan tenang bagi anak. Agama merupakan sumber nilai
kepercayaan dan pola- pola tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi arti
, tujuan, dan kestabilan hidup manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, Enung.2010.Psikologi
Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik).Jakarta : Cv Pustaka Seti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar