Minggu, 21 Oktober 2012

Konsep Penyesuaian Diri Peserta Didik Usia Sekolah Menengah



Andi Agus Purnama Putra @_andiagus
Pada seorang individu yang dilahirkan baik dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri hal ini karena Kondisi fisik, mental dan emosional yang dipengarungi oleh faktor- faktor lingkungan dimana  kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian diri yang baik atau yang salah.

1.      Pengertian penyesuaian diri
Penyesuaian berarti adaptasi, dapat mempertahankan eksistensinya (survive) dan memperoleh kesejahteraan rohaniah, serta dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial. Penyesuaian diri juga dapat diartikan bagai konvormitas, yang menyesuaikan  sesuatu dengan standart atau prinsip. Definisi lain mengenai penyesuaian diri yaitu, kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respon- respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustasi- frustasi secara efisien individu memiliki kemampuan untuk menghadapi realitas hidup dengan cara yang memenuhi syarat. Penyesuaian diri juga dapat diartikan sebagai suatu penguasaan dan kematangan emosional.  Kematangan emosional maksudnya ialah secara positif memiliki respon emosional yang tepat pada setiap situasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Penyesuaian diri adalah suatu proses dan salah satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuain diri secara harmonis, baik kepada diri sendiri mapun terhadap lingkungannya.

2.      Proses Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri adalah proses bagaimana seorang individu mendapat keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungannya. Penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat manusia, terus- menerus berupaya menemukan dan mengatasi dan tantangan hidup guna mencapai pribadi sehat. Dalam proses penyesuaian diri pada seorang individu sering kali muncul konflik, takanan, frustasi, yang menyebabkan individu termotivasi melakukan berbagai kemungkina perilaku untuk membebaskan dirinya dari kegagalan. Contoh : Serang anak yang membutuhkan rasa kasih sayang dari ibuknya yang terlalu sibuk dengan tugasnya. Anak akan prustasi dan berusa sendiri menemukan pemecahan untuk mereduksi ketegangan  atau kebutuhan yang belum terpenuhi.  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi mengambil variasi bentuk, dimana setiap bentuk dpat diarahkan kepada rintangan atau faktor frustasi yang disebabkan oleh beberapa realita misalnya: pembatasan orang tua, hambatan fisik, aturan sosial, dan semacamnya.
Seseorang dikatakan berhasil dikatakan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat memenuhi kebutuhannnya dengan cara-cara yang wajar yang dapat diterima lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu lingkungannya.

3.      Konsep Penyesuaian Diri
Makna akhir dari hasil pendidikan seseorang individu terletak pada sejauhmana hal yang telah dipelajari dpat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme yang aktif dengan tujuan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya, penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.

4.      Karakteristik penyesuaian diri
Karakteristik penyesuaian diri tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena ada banyak rintangan dalam proses penyesuaian diri. Berikut ini akan ditinjau karakteristik penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian diri yang salah.
a.      Penyesuaian diri secara positif (benar)
Mereka yang tergolong mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai dengan hal- hal berikut:
-          Tidak menunjukkan adanya ketengan emosional
-          Tidak menunjukkan adanya mekanisme psikologis
-          Tidak menunjukkan frustasi pribadi
-          Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri.
-          Mampu dalam belajar
-          Menghargai pengalaman
-          Bersikap realistik dan objektif
Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk antara lain:
Penyesuaian diri dalam menghadapi masalah secara langsung , misalnya : seorang remaja yang hamil sebelum menikah akan menghadapinya secara langsung dan berusahan mengemukakan segala alas an pada orangtuanya.
Penyesuaian diri dengan melakukan eksplorasi atau penjelajahan , misalnya : seorang siswa yang merasa kurang mampu dalam mengerjakan tugas membuat makalah akan mencari bahan dalam upaya menyelesaikan tugas tersebut , dengan membaca buku , konsultasi , diskusi , dsb. Penyesuaian diri dengan trial dan error , misalnya seorang pengusaha mengadakan spekulasi untuk meningkatkan usahanya .
Penyesuaian dengan substitusi atau mencari pengganti , misalnya : gagal berpacaran secara fisik , ia akan berfantasi tentang seorang gadis idamanya .
Penyesuaian diri dengan belajar , misalnya : seorang guru akan berusaha belajar tentang berbagai ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan profesionalismenya .
Penyeseuaian diri dengan pengendalian diri , misalnya : seorang siswa akan berusaha memilih tindakan mana yang harus dilakukan pada ujian .
b.      Penyesuaian diri yang Negatif (Salah)
Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, dapat mengakibatkan individu melakukan penyesuaian diri yang salah. Penyesuaian diri yang salah ditandai dengan berbagai bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional , tidak ralistis, agresif dan lain- lain. Ada tiga bentuk reaksi yang salah dalam penyesuaian diri yang salah yaitu: reaksi bertahan, reaksi menyerang dan reaksi melarikan diri.
1.      Reaksi bertahan
Individu berusaha mempertahankan diri, seolah- seolah tidak menghadapi kegagalan. Ia selalu berusaha menunjukkan bahwa dirinya tidak mengalami kegagalan. Bentuk khusus dari reaksi ini adalah:
-          Rasionalisasi, yaitu bertahan dengan mencari- cari alasan untuk membenarkan tindakanya
-          Represi, yaitu berusaha untuk menekan pengalamannya yang dirasakan kurang enak kea lam tidak sadar. Ia berusaha melupakan pengalamannya yang kurang menyenangkan. Misalnya seorang pemuda berusaha melupakan kegagalan cintanya dengan seorang gadis
-          Proyeksi, yaitu melemparkan sebab kegagalan dirinya kepada pihak lain untuk mencari alasan yang dapat diterima. Misalnya seorang siswa yang tidak lulus mengatakan bahwa gurunya membenci dirinya.
-          “Sourgrapes”(anggur kecut),yaitu dengan memutar balikkan keadaan. Misalnya seorang siswa yang gagal mengetik mengatakan bahwa  mesin tiknya rusak, padahal dia sendiri tidak bisa mengetik.
2.      Reaksi menyerang
Orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah menunjukkan tingkah laku menyerang untuk menutupi kegagalanya. Ia tidak mau menyadari kegagalanya. Reaksi- reaksinya Nampak dalam tingkah laku: selalu membenarkan diri nya sendiri, mau berkuasa dalam setiap situasi, senang mengganggu orang lain, marah secara sadis, suka membalas dendam dan sebagainya.
3.      Reaksi melarikan diri
Dalam reaksi ini seseorang akan melakukan hal- hal seperti berikut: berfantasi yaitu memuaskan keigininan yang tidak tercapai dalam bentuk angan- angan,  banyak tidur, minum- minuman keras, bunuh diri, menjadi pecandu narkotika, dan regresi yaitu kembali kepada tingkah laku yang semodel dengan tingkat perkembangan yang lebih awal (misalnya orang dewasa yang bersikap dan berwatak seperti anak kecil, dan lain- lain).
4.      Faktor – faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri
Proses penyesuaian diri identik dengan faktor- faktor yang mengatur perkembangan dan terbentknya pribadi secara bertahap. Penentu- penentu itu dapat dikelompokkan sebagai berikut: kondisi- kondisi fisik (keturunan), susunan saraf, kesehatan, dan sebagainya, perkembangan dan kematangan ( kematangan intelektual sosial dan emosional), penentu psikologis (termasuk didalamnya pengalaman, penentuan diri, frustasi dan konflik), kondisi lingkungan (keluarga dan sekolah), penentu cultural (budaya dan agama).
Kondisi Jasmaniah
Struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku manusia sehingga dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukkan  bahwa ganggauan dalalm saraf, dan otot dapat menimbulkan gangguan mental tingkah laku dan kepribadian. Dengan demikin, kondisi sistem yang baik merupakan syarat bagi terjadinya proses penyesuaian diri yang baik. Kualitas penyesuaian diri yang baik hanya diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula.
Perkembangan, Kematangan dan Penyesuaian Diri
Dalam proses perkembangan, respon anak berkembang dari proses instingtif menjadi respon yang diperoleh melalui belajar dan pengalaman.  Dengan bertambahnya usia perubahan dan perkembangan respon, tidak hanya melalui proses belajar saja melainkan anak juga menjadi matang untuk melakukan respon dan menentukan pola penyesuaian dirinya. Sesuai dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai berbeda antar individu  yang satu dengan yang lainya, sehingga penyampaian pola penyesuaian diri juga berbeda secara individual yang dipengaruhi oleh beberapa kondisi seperti: emosional, sosial, moral, keagamaan, intelek.
            Penentu Psikologis Terhadap Penyesuaian Diri
Beberapa faktor psikologis  yang mempengaruhi penyesuaian diri diantaranya adalah:
-          Pengalaman Tidak semua pengalaman berpengaruh terhadap pola penyesuaian diri. Pengalaman yang memiliki dalam penyesuaian diri adalah pengalaman yang menyenangkan dan pengalaman yang traumatik ( menyusahkan). Pengalaman yang menyenangkan cenderung bisa menimbulkan proses penyesuaian diri yang baik, sedangkan pengalaman traumatik menimbulkan penyesuaian diri yang kurang baik. Selain kedua pengalaman tersebut tidak memiliki pengaruh terhadap proses penyesuaian diri.
-          Proses belajar merupakan suatu yang menjadi dasar dalam penyesuaian diri, karena melalui belajar maka pola- pola respons akan berkembang dan membentuk kepribadian dalam proses penyesuaian diri, belajar merupakan salah satu proses modifikasi tingkah laku sejak fase- fase awal dan berlangsung terus- menerus sepanjang hayat dan diperkuat dengan kematangan.
-          Determinasi Diri adalah peran seseorang untuk menentukan dirinya dalam proses penyesuaian diri, terdapat faktor kekuatan yang mendorong untuk mencapai sesuatu yang baik atau buruk, untuk mencapai taraf penyesuaian diri yang tinggi atau merusak diri.

Lingkungan Sebagai Penentu Penyesuaian Diri
Berbagai lingkungan anak seperti keluarga dan pola hubungan di dalamnya, sekolah, masyarakat, kultur, dan agama berpengaruh dalam penyesuaian diri. Pola hubungan antar orang tua dengan anak akan mempunyai pengaruh terhadap proses penyesuaian diri, seperti hubungan dimana orang tua menerima anaknya secara hangat sehingga anak merasa nyaman, atau dalam bentuk proses pendisiplinan yang berpengaruh terhadap pola pengaturan waktu bagi anak.
Kultur dan Agama Sebagai Penentu Penyesuaian Diri
Lingkungan kultural dimana individu berada dan berinteraksi akan menentukan pola penyasuaian dirinya. Dimana seorang individu akan berusaha menempatkan dirinya dan bergaul dengan masyarakat sekitarnya. Agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan lainya.  Agama juga memberikan suasana damai dan tenang bagi anak. Agama merupakan sumber nilai kepercayaan dan pola- pola tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi arti ,  tujuan, dan kestabilan hidup manusia.

DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, Enung.2010.Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik).Jakarta : Cv Pustaka Seti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar