Oleh: Andi Agus Purnama Putra
Follow me @_andiagus
A.
Kreativitas
Dan Teori Belahan Otak
Pengertian
Perkembangan
kreativitas sangat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif individu karena
kreativitas sesungguhnya merupakan perwujudan dari pekerjaan otak.
Menurut para ahli pegertian kreativitas
sebagi berikut:
1.
Barron (1982: 253) “mendefinisikan bahwa kreativitas
adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru”.
2.
Guilford (1970: 236) “menyatakan
bahwa kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai ciri-ciri seorang
kreatif. Guilford mengemukakan dua cara berpikir, yaitu cara berpikir konvergen
dan divergen”. Cara berpikir
konvergen adalah cara-cara individu dalam memikirkan sesuatu dengan pandangan
bahwa hanya ada satu jawaban yang benar. Sedangkan cara berpikir divergen
adalah kemampuan individu untuk mencari berbagai alternative jawaban terhadap
suatu persoalan.
3.
Utami Munandar (1992: 47) “mendefinisikan
kreativitas sebagai berikut. “Kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan
kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk
mengolaborasi suatu gagasan”. Utami Munandar menekankan bahwa
kreativitas sebagai keseluruhan kepribadian merupakan hasil interaksi dengan
lingkungannya.
Berdasarkan berbagai
definisi kreativitas itu, Rodhes (Torrance, 1981) mengelompokkan definisi-definisa
kreativitas ke dalam empat kategori, yaitu product, person, procces, dan press.
Product menekankan kreativitas dari hasil karya kreatif, baik yang sama sekali baru maupun kombinasi karya-karya lama yang menghasilkan sesuatu yang baru. Person memandang kreativitas dari segi ciri-ciri individu yang menandai kepribadian orang kreatif atau yang berhubungan dengan kreativitas. Procces menekankan bagaimana proses kreatif itu berlangsung sejak dari mulai tumbuh sampai dengan berwujudnya perilaku kreatif. Adapun press menekankan pada pentingnya faktor-faktor yang mendukung timbulnya kreativitas pada individu.
Product menekankan kreativitas dari hasil karya kreatif, baik yang sama sekali baru maupun kombinasi karya-karya lama yang menghasilkan sesuatu yang baru. Person memandang kreativitas dari segi ciri-ciri individu yang menandai kepribadian orang kreatif atau yang berhubungan dengan kreativitas. Procces menekankan bagaimana proses kreatif itu berlangsung sejak dari mulai tumbuh sampai dengan berwujudnya perilaku kreatif. Adapun press menekankan pada pentingnya faktor-faktor yang mendukung timbulnya kreativitas pada individu.
Dari pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah ciri-ciri khas yang dimiliki oleh
individu yang menandai adanya kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang sama, baru
atau kombinasi dari karya-karya yang telah ada sebelumnya, menjadi sesuatu
karya baru yang dilakukan melalui interaksi dengan lingkungannya untuk
menghadapi permasalahan, dan mencari alternatif pemecahannya melalui cara-cara
berpikir divergen.
Teori Belahan Otak
Menurut Calark (1988) dan Gown (1989) melalui “Teori Belahan
Otak” (Hemisphere Theory) mengatakan bahwa sesungguhnya otak manusia itu
menurut fungsinya terbagi menjadi dua belahan, yakni belahan otak kiri (left hemisphere)
dan otak kanan (right hemisphere). Fungsi otak belahan kiri adalah berkaitan
dengan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat ilmiah, kritis, logis, linier,
teratur, sistematis, terorganisir, beraturan dan sejenisnya. Adapun fungsi otak
kanan, adalah berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat non linear, non
verbal, holistik, humanistic, kreatif, mencipta, mendesain, bahkan mistik dan
sejenisnya.
Bagan
Pembagian Otak Kiri dan Kanan
Belahan Otak kiri Belahan
Otak Kanan
Intelek Intuisi
Konvergen Divergen
Intelektual Emosiona
Rasional Metaforik,
intuitif
Verbal Non
Verbal
Horizontal Vertikal
Konkret Abstrak
Realistis Impulsif
Diarahkan Bebas
Diferensial Eksistensial
Sekuensial Multipel
Historikal Tanpa
Batas Waktu
Analitis Sintesis,
Holitik
Eksplisit Implisit
Objektif Subjektif
Suksesif Simultan
Sumber : Springer, S.P
dan Deutsch, 1981
B.
Perkembangan
Kreativitas
Setiap individu yang
dilahirkan dalam tahap perkembangan fisiknya selalu di dampingi dengan tahapan
perkembangan kreativias. Berikut ini tahapan perkembangan kreativitas individu
(peserta didik)
1.
Tahap
sensori – motorik ( 0 – 2
tahun)
Pada tahap ini belum memiliki kemampuan untuk mengembangkan
kreativitasnya. Sebab, pada tahap ini tindakan-tindakan anak masih berupa tindakan-tindakan
fisik yang bersifat refleksif, pandangannya terhadap objek masih belum
permanen, belum memiliki konsep tentang ruang dan waktu, belum memiliki konsep
tentang sebab-akibat, bentuk permainannya masih merupakan pengulangan
reflek-reflek, belum memiliki konsep tentang diri, ruang dan belum memiliki
kemampuan berbahasa.
2.
Tahap
Praoperasional ( 2 – 7
tahun)
Pada tahap ini kemampuan mengembangkan kreativitas sudah
mulai tumbuh karena anak sudah mulai tumbuh karena anak sudah mulai
mengembangkan memori dan telah memiliki kemampuan untuk memikirkan masa lalu
dan masa yang akan dating, meskipun dalam jangka waktu pendek.
3.
Tahap
Operasional Konkrit ( 7
– 11 tahun)
Faktor-faktor yang memungkinkan semakin berkembangnya
kreativitas itu adalah :
a)
Anak
sudah mulai mampu untuk menampilkan operasi-operasi mental
b)
Mulai
mampu berpikir logis dalam bentuk yang sederhana
c)
Mulai berkembang
kemampuan untuk memelihara identitas-identitas diri
d)
Konsep tentang ruang sudah semakin meluas
e)
Sudah
amat menyadari akan adanya masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
f)
Sudah
mampu mengimajinasikan sesuatu, meskipun biasanya masih memerlukan bantuan
objek-objek konkrit.
4.
Tahap
Operasional Formal (
11 tahun ke atas)
Ada beberapa faktor yang mendukung berkembangnya potensi
kreativitas ini, yakni:
a) Remaja
sudah mampu melakukan kombinasi tindakan secara proposional berdasarkan
pemikiran logis
b) Remaja
sudah mampu melakukan kombinasi objek-objek secara proporsional berdasarkan
pemikiran logis
c)
Remaja
sudah memiliki pemahaman tentang ruang relative
d)
Remaja
sudah memiliki pemahaman tentang waktu relative
e) Remaja
sudah mampu melakukan pemisahan dan pengendalian variabel-variabel dala
menghadapi masalah yang kompleks
f)
Remaja
sudah mampu melakukan abstraksi relative dan berpikir hipotesis
g)
Remaja
sudah memiliki diri ideal
h)
Remaja
sudah menguasai bahasa abstrak
C.
Kreativitas
Peserta Didik yang Kreatif
Karakteristik
Kreativitas Peserta Didik
Piers (Adam, 1976)
mengemukakan bahwa karakteristik kreativitas adalah sebagai berikut:
1. Memiliki dorongan (drive) yang tinggi.
1. Memiliki dorongan (drive) yang tinggi.
2. Memiliki keterlibatan yang tinggi.
3. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
4. Memiliki ketekunan yang tinggi.
5. Cenderung tidak puas terhadap
kemapanan.
6. Penuh percaya diri.
7. Memiliki kemandirian yang tinggi.
8. Bebas dalam mengambil keputusan.
9. Menerima diri sendiri
10. Senang humor.
11. Memiliki intuisi yang tinggi
12. Cenderung tertarik kepada hal-hal
yang kompleks.
13. Toleran terhadap ambiguitas.
14. bersifat sensitif.
Utami Munandar (1992)
mengemukakan ciri-ciri kreativitas, antara lain sebagai berikut.
1. Senang mencari pengalaman baru:
2. Memiliki keasyikan dalam mengerjakan
tugas-tugas yang sulit.
3. Memiliki inisiatif.
4. Memiliki ketekunan yang tinggi.
5. Cenderung kritis terhadap orang lain.
6. Berani menyatakan pendapat dan
keyakinannya.
7. Selalu ingin tahu.
8. Peka atau perasa.
9. Enerjik dan ulet.
10. Menyukai tugas-tugas yang majemuk.
11. Percaya kepada diri sendiri.
12. Mempunyai rasa humor.
13. Memiliki rasa keindahan.
14. Berwawasan masa depan dan penuh
imajinasi.
Clark(1988)
mengemukakan karakteristik kreativitas adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kedisiplinan diri yang
tinggi.
2. Memiliki kemandirian yang tinggi.
3. Cenderung sering menentang otoritas.
4. Memiliki rasa humor.
5. Mampu menentang tekanan kelompok.
6. Lebih mampu menyesuaikan diri.
7. Senang berpetualang.
8. Toleran terhadap ambiguitas.
9. Kurang toleran terhadap hal-hal yang
membosankan.
10. Menyukai hal-hal yang kompleks.
11. Memiliki kemampuan berpikir divergen
yang tinggi.
12. Memiliki memori dan atensi yang
baik.
13. Memiliki wawasan yang luas.
14. Mampu berpikir periodik.
15. Memerlukan situasi yang mendukung.
16. Sensitif terhadap lingkungan.
17. Memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi.
18. Memiliki nilai estetik yang tinggi.
19. Lebih bebas dalam mengembangkan
integrasi peran seks.
Sedangkan Torrance
(1981) mengemukakan karakteristik kreativitas sebagai berikut:
1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
2. Tekun dan tidak mudah bosan.
3. Percaya diri dan mandiri.
4. Merasa tertantang oleh kemajukan atau
kompleksitas.
5. Berani mengambil risiko.
6. Berpikir divergen
Masalah yang Sering Timbul pada
Anak Kreatif
Anak-anak kreatif,
meskipun memiliki kemampuan atau kelebihan dibandingkan dengan anak-anak pada
umumnya, bukan berarti selalu mulus dalam perkembangan psikologisnya. Disamping
potensi kreatifnya itu jika tidak mendapatkan penanganan secara baik justru
seringkali menimbulkan masalah pada dirinya. Berkenaan dengan ini. Dedi
Supriadi (1994) mengemukakan sejumlah masalah yang sering timbul atau dialami
oleh anak-anak kreatif, yaitu sebagai berikut.
1. Pilihan
karier yang tidak realistis
Anak-anak kreatif
sering kali cenderung memiliki pilihan karier yang tidak realistis, kurang
populer, dan tidak lazim. Merka juga memiliki banyak alternatif dalam
menentukan karier yang akan ditempuhnya dan bahkan cenderung berubah-ubah.
Kondisi psikologis seperti ini jika tidak mendapatkan bimbingan secara baik
dapat mengarahkan dirinya kepada pilihan karier yang kurang tepat. Akibatnya,
dapat menimbulkan frustasi jika pilihannya tidak disadari oleh pemahaman yang
cukup mengenai jenis karier yang akan dipilihnya.
2. Hubungan
dengan guru dan teman sebaya
Anak-anak kreatif
kadang-kadang mengalami hambatan. Mereka cenderung kritis, memiliki pendapatnya
sendiri, berani mengemukakan ketidaksetujuannya terhadap pemikiran orang lain
tidak mudah percaya, memiliki keinginan yang seringkali berbeda dengan
teman-teman pada umumnya, serta tidak begitu senang untuk melekatkan diri
kepada otoritas.
3. Perkembangan
yang tidak selaras
Jika lingkungannya
tidak dapat mengakomodasi keunggulan potensi kreatifnya itu, dapat muncul masaalah
dalam diri anak-anak kretif. Masalah yang timbul disebut dengan istilah uneven
development (perkembangan yang tidak selaras) antara kematangan intelektual
dengan perkembangan aspek-aspek emosional dan sosialnya.
4. Tidak
adanya tokoh-tokoh ideal
Anak-anak kreatif
cenderung memiliki tokoh-tokoh orang besar yang sangat diidealkan dalam
hidupnya. Tokoh-tokoh ideal bisa berada dekat di lingkungan sekitarnya, tetapi
dapt juga berada di tempat yang jauh dan sulit dijangkau. Jika tokoh idealnya
berada di tempat yang jauh dan sulit dijangku. Jika tokoh idealnya berada
ditempat yang jauh, anak-anak kreatif cenderung berusaha untuk dapat menjangkau
melalui cara mereka sendiri. Kelangkaan tokoh ideal karena kelangkaan informasi
dapat mengakibatkan anak-anak kreatif tersesat kepada pilihan tokoh ideal yang
salah.
D.
Tahap-Tahap
Kreativitas
Wallas (Solso, 1991)
mengemukakan empat tahapan proses kreatif, yaitu persiapan, inkubasi,
iluminasi, dan verifikasi.
1. Persiapan (Preparation)
Pada tahap ini,
individu berusaha mengumpulkan informasi atau data untuk memecahkan masalah
yang dihadapi. Dengan bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki,
individu berusaha menjajaki berbagai kemungkinan jalan yang dapat ditempuh
untuk memecahkan masalah itu. Namun pada tahap ini belum ada arah yang tetap
meskipun sudah mampu mengeksplorasi berbagai alternatif pemecahan masalah.
2. Inkubasi (Incubation)
Pada tahap ini individu
seolah-olah melepaskan diri untuk sementara waktu dari masalah yang
dihadapinya,dalam pengertian tidak memikirkannya secara sadar melainkan”
menghadapinya” dalam alam prasadar.
3. Iluminasi (Illumination)
Pada tahap ini individu
sudah dapat timbul inspirasi atau gagasan-gagasan baru serta proses-proses
psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan baru.
4. Verifikasi (Verivication)
4. Verifikasi (Verivication)
Pada tahap ini, gagasan
yang telah muncul dievaluasi secara kritis dan konvergen serta menghadapkannya
kepada realitas. Pemikiran divergen harus diikuti dengan pemikiran konvergen.
Pemikiran dan sikap spontan harus diikuti oleh pemikiran selektif dan sengaja.
Penerimaan secara total harus diikuti oleh kritik. Filsafat harus diikuti oleh
pemikiran logis. Keberanian harus diikuti oleh sikap hati-hati. Imajinasi harus
diikuti oleh pengujian terhadap realitas.
Sumber!!!
Springer,
S.P dan Deutsch, 1981
Tidak ada komentar:
Posting Komentar