Oleh: Andi Agus Purnama Putra
Follow Me…@_andiagus
Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan
(approach) pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan agar
konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan sisiwa. Pendekatan pembelajaran
dapat diartikan juga sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
(1) Pendekatan
Metodelogik
Pendekatan Metodelogik
berkenaan dengan cara siswa mengadaptasi konsep yang disajikan ke dalam
struktur kognitifnya, yang sejalan dengan cara guru menyajikan bahan tersebut.
Pendekatan Metodelogik diantaranya adalah pendekatan intuitif, analitik,
sintetik, spiral, induktif, deduktif, tematik, realistik, dan heuristik.
(2) Pendekatan
Yang Bersifat Materi.
Sedangkan pedekatan
material adalah pendekatan pembelajaran matematika dimana dalam menyajikan
konsep matematika melalui konsep matematika lain yang telah dimiliki siswa.
Dari
pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan, maka selanjutnya diturunkan ke
dalam strategi pembelajaran. Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa
strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan
guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008)
menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan.
Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang
keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Dilihat
dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula,
yaitu:
1)
exposition-discovery learning
2)
group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008).
Newman dan Logan (Abin
Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha,
yaitu :
1.
Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi
dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan
mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2.
Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan
utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3.
Mempertimbangkan dan menetapkan
langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan
sasaran.
4.
Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur
(criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf
keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam
konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1.
Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan
pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2.
Mempertimbangkan dan memilih sistem
pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3.
Mempertimbangkan dan menetapkan
langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
4.
Menetapkan norma-norma dan batas minimum
ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Strategi
pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya
digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi
merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a
way in achieving something” (Wina Senjaya (2008).
Berikut pendekatan-pendekatan dalam
pembelajara
v Pendekatan
Ekspositiris
Metode
ekspositori adalah suatu penyajian visual dengan menggunakan benda dua dimensi
atau tiga dimensi, dengan maksud mengemukakan gagasan atau sebagai alat untuk
membantu menyampaikan informasi yang diperlukan.
Prosedur
expository adalah sebagai berikut:
1. Preparasi, yaitu guru menyiapkan bahan
selengkapnya secara sistematis dan rapi.
2. Apersepsi, yaitu guru bertanya atau
memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian peserta didik kepada
materi yang akan diajarkan.
3. Presentasi, yaitu guru menyajikan bahan
dengan cara memberikan ceramah atau menyuruh peserta didik membaca bahan yang
telah dipersiapkan (diambil) dari buku teks tertentu atau ditulis oleh guru.
4. Resitasi, yaitu bertanya dan peserta didik
disuruh menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri pokok-pokok yang telah
dipelajari (lisan atau tertulis).
v Pendekatan
Inquiri
Inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Pembelajaran inkuiri
beriorientasi pada, keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan
belajar, keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar,
mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam
proses inkuiri.
Ada tiga ciri pembelajaran inkuiri, yaitu:
1.
Strategi Inquiry menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan (siswa sebagai subjek belajar).
2.
Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri yang sifatnya sudah pasti dari sesuatu yang sudah
dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sifat percaya diri.
3. Tujuan dari penggunaan strategi
pembelajaran inquiry adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis,
logis dan kritis.
Menurut Sanjaya (2009), penggunaan inkuiri harus memperhatikan beberapa
prinsip, yaitu berorientasi pada pengembangan intelektual (pengembangan
kemampuan berfikir), prinsip interaksi (interaksi
antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan
lingkungan), prinsip bertanya (guru sebagai penanya), prinsip belajar untuk
berfikir(learning how to think), prinsip keterbukaan (menyediakan
ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan
secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan).
Prinsip – prinsip Penggunaan Inkuiri
a. Berorientasi pada pengembangan
intelektual
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan
berpikir. Dengan demikian strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada
hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria
keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunkan strategi inquiri bukan
ditentukan sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi
sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan.
b. Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik
interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa
dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan
guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau
pengatur interaksi itu sendiri.
c. Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunkaan model inkuiri adalah
guru sebagai penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan
pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
d. Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah
proses berpikir(learning how to think) yakni proses mengembangkan potensi
seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah
pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
e. Prinsip Keterbukaan
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai
kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru
adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan
hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
v Pendekatan Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah adalah suatu proses
penemuan suatu respon yang tepat terhadap suatu situasi yang benar-benar unik
dan baru bagi pemecah masalah (siswa). Kemampuan pemecahan masalah adalah salah
satu objek tak langsung dalam pembelajaran (Bell, 1981: 119). Gagne
mengemukakan belajar pemecahan masalah adalah tingkat tertinggi dari hierarkhi
belajar (Bell, 1981; Hudoyo, 1988; Dahar, 1989). Selanjutnya Hudojo (Aisyah,
2007: 5-3) mengemukakan pemecahan masalah pada dasarnya merupakan proses yang
ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi sampai
masalah itu tidak lagi menjadi masalah baginya.
Ciri–ciri pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah adalah:
a. siswa dihadapkan pada situasi yang
mengharuskan mereka memahami masalah (mengidentifikasi unsur yang diketahui dan
yang ditanyakan).
b. membuat model pemecahan masalah.
c. memilih strategi penyelesaian masalah, dan
d.
melaksanakan
penyelesaian dan menyimpulkan. Untuk menghadapi situasi ini, guru memberikan
kesempatan yang sebesar–besarnya bagi siswa untuk mengembangkan ide–ide
matematikanya sehingga siswa dapat memecahkan masalah tersebut dengan baik.
v Pendekatan
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
CBSA
adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menitikberatkan pada
keaktifan siswa, yang merupakan inti dari kegiatan belajar. Pada hakekatnya,
keaktifan belajar terjadi dan terdapat pada semua perbuatan belajar, tetapi
kadamya yang berbeda tergantung pada kegiatannya, materi yang dipelajari dan
tujuan yang hendak dicapai. Dalam CBSA, kegiatan belajar diwujudkan dalam
berbagai bentuk kegiatan, seperti: mendengarkan, berdiskusi, membuat sesuatu,
menulis laporan, memecahkan masalah, memberikan prakarsa/gagasan, menyusun
rencana, dan sebagainya- Keaktifan itu da yang dapat diamati dan ada pula yang
tidak dapat diamati secara langsung.
Setiap
kegiatan tersebut menuntut keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam
proses pembelajaran melalui asimilasi, dan akomodasi kognitif untuk
mengembangkan pengetahuan, tindakan, serta pengalaman langsung dalam rangka
membentuk keterampilan (motorik, kognitif dan sosial), penghayatan serta
internalisasi nilat-nilai dalam pembentukan sikap (Raka Joni, 1980, h. 2).
Sejak dimunculkannya pendekatan CBSA dalam lingkungan pendidikan ditanah air,
konsep CBSA telah mengalami perkembangan yang cukup jauh. Pendekatan CBSA
dinilai sebagai suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa
secara fisik, mental, intelektual dan emosional guna memperole hasil belajar
yang bempa perpaduan antara matra kognitif, afekisi. dan psikomotorik, (A.
Yasin, 1984,h.24).
Kadar
CBSA itu dalam rangka sistem belajar mengajar menunjukkan ciri-ciri, sebagai
berilmu :
A. Pada
tingkat masukan, ditandai oleh:
- Adanya keterlibatan siswa dalam
merumuskan kebutuhan pembelajaran sesuai dengan kemampuan, minat,
pengalaman, motivasi, aspirasi yang telah dimiliki sebagai baban masukan
untuk melakukan kegiatan belajar.
- Adanya keterlibatan siswa dalam
menyusun rancangan belajar dan pembelajaran, yang menjadi acuan baik bagi
siswa mupun bagi guru.
- Adanya keterlibatan siswa dalam
memilih dan menyediakan sumber bahan pembelajaran.
- Adanya keterlibatan siswa dalam
pengadaan media pembelajaran yang akan digunakan sebagai alat bantu
belajar.
- Adanya kesadaran dan keinginan
belajar yang tinggi serta motivasi untuk melakukan kegiatan belajar.
B. Pada
tingkat proses, kadar CBSA ditandai dengan:
- Adanya keterlibatan siswa
secara fisik, mental, emosional, intelektual, dan personal dalam proses
belajar.
- Adanya berbagai keaktifan siswa
mengenal, memahami, menganalisis, berbuat, memutuskan, dan berbagai
kegiatan belajar lainnya yang mengandung unsur kemandirian yang cukup
tinggi.
- Keterlibatan secara aktif oleh
siswa dalam menciptakan suasana belajar yang serasi, selaras dan seimbang
dalam proses belajar dan pembelajaran.
- Keterlibatan siswa menunjang
upaya guru menciptakan lingkungan belajar untuk memperoleh pengalaman
belajar serta turut membantu mengorganisasikan lingkungan belajar itu,
baik secara individual maupun secara kelompok.
- Keterlibatan siswa dalam
meneari imformasi dari berbagai sumber yang berdaya guna dan tepat guna
bagi mereka sesuai dengan rencana kegiatan belajar yang telah mereka rumuskan
sendiri.
- Keterlibatan siswa dalam
mengajukan prakarsa, memberikan jawaban atas penanyaan guru, mengajukan
penanyaan/ masalah dam berupaya menjawabnya sendiri, menilai jawaban dari
rekannya, dan memecahkan masalah yang timbul selama berlangsungnya proses
belajar mengajar tersebut.
v
Pendekatan
Keterangan Proses
Pendekatan ketrampilan
proses merupakan pendekatan yang mengembangkan keterampilan memproseskan
pemerolehan, sehingga peserta didik mampu menemukan dan mengembangkan secara
bebas dan kreatif fakta dan konsep serta mengaitkannya dengan sikap dan nilai
yang diperlukan. Hal ini dapat dilakukan karena pendekatan keterampilan proses
dilakukan sebagaimana layaknya ilmuan menemukan pengetahuan (menggunakan
langkah-langkah metode ilmiah), sehingga kevalidannya dapat diandalkan.
Keterampilan proses ini
tidak saja mementingkan hasil, tetapi juga memperhatikan proses mendapatkan
hasil. Dengan melaksanakan pendekatan keterampila proses berarti peserta didik
terlibat secara aktif dalam kegiatan pengamatan dan menemukan sendiri konsep
dan prinsip sehingga materi pelajaran mudah dikuasai oleh peserta didik. Dengan
mengetahui proses diharapkan dapat merangsang daya cipta peserta didik untuk
menemukan sesuatu. Pada akhirnya dapat membentuk manusia yang berkualitas, yaitu
manusia yang kreatif, mampu memecahkan persoalan-persoalan aktual dalam
kehidupan, dan mampu mengambil keputusan yang menjangkau masa depan.
Keterampilan proses
meliputi keterampilan-keterampilan mengamati, mengukur, menarik kesimpulan,
memanipulasi variabel, merumuskan hipotesis, meyusun tabel data, menyususn
definisi operasional, dan melaksanakan eksperimen.
Keterampilan proses dapat lebih
disederhanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Sajikan
masalah-masalah aktual kepada peserta didik dalam konteks yang sesuai dengan
tingkat perkembangan mereka.
2. Strukturkan
pembelajaran di sekitar konsep-konsep primer.
3. Beri
dorongan kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan sendiri.
4. Beri
motivasi mereka untuk menemukan jawaban-jawaban dari pertanyaannya sendiri.
5. Beri
motivasi mereka untuk menemukan pendapat dan hargai sudut pandangnya.
6. Tantang
mereka untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam, bukan sekedar menyelesaikan
tugas.
7. Anjurkan
peserta didik untuk bekerja dalam kelompok.
8. Dorong
mereka untuk berani menerima tanggung jawab.
Belajar keterampilan proses biasanya
diikuti dengan kadar keaktifan peserta didik yang tinggi. Hal ini memungkinkan
belajar keterampilan proses cenderung untuk bermodus discovery.
Kesimpulan
Dari
pembahasan diatas dapat di simpulka bahwa pendekatan dan strategi pembelajaran
merupakan cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan agar konsep
yang disajikan bisa beradaptasi dengan sisiwa. Pada penerapan strategi dan
pendekatan pembelajaran mampu menciptakan pola piker siswa yang kritis dan
inovatif sehingga tujuan pembelajaran yang di rumuskan sebelumnya dapat
tercapai dengan baik.
Sumber:
^M��P�
Tidak ada komentar:
Posting Komentar